Benny Wenda: dari Aktivis Internasional ke “Dalang Kerusuhan Papua”
Tuduhan Serius dari Pemerintah: “Dalang Kerusuhan Papua”
Pada September 2019, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dengan tegas menyebut bahwa Benny Wenda adalah salah satu dalang di balik kerusuhan dan aksi kekerasan di Papua.
Menurut laporan, Wenda disebut aktif melakukan mobilisasi massa dari luar negeri, menyebarkan narasi provokatif, dan memberi “informasi yang menyesatkan” tentang kondisi Papua — sehingga memperparah konflik dan kekerasan.
“Ya jelas Benny Wenda, … dia lakukan, di Australia-lah, di Inggris-lah,” ujar pejabat Pemerintah yang dikutip.
Mobilisasi dari Luar Negeri: Aktivisme atau Provokasi?
Benny Wenda yang berdomisili di Inggris melalui organisasi Free West Papua Campaign (FWPC) memang sering tampil di panggung internasional. Namun tuduhan bahwa ia mengorganisasi “people mass” dan menyebarkan narasi bahwa Indonesia menelantarkan Papua menunjukkan bahwa perjuangannya mungkin lebih ke panggung citra daripada aksi di lapangan. detiknews
Kritik tajam muncul:
-
Wenda bekerja dari jauh, bukan di tengah masyarakat Papua yang menghadapi konflik.
-
Narasinya dianggap memperkeruh situasi ketimbang membantu penyelesaian konflik.
-
Tuduhan yang dilontarkan oleh pemerintah menunjukkan bahwa aktivitasnya mungkin melampaui sekadar advokasi dan masuk ke ranah yang memicu kerusuhan sosial.
Retorika Perjuangan vs Realitas Lapangan
Perjuangan Papua seharusnya lahir dari akar rumput — rakyat di tanah, bukan dari kamar konferensi di luar negeri. Namun dalam kasus Wenda, ada jarak yang mencolok:
-
Ia dilindungi suaka politik luar negeri dan berbicara dari negara asing.
-
Sementara rakyat Papua masih menghadapi aksi kekerasan, konflik bersenjata, dan ketidakpastian.
-
Sebagai figur yang diduga “dalang kerusuhan”, kredibilitasnya sebagai pejuang damai menjadi sangat dipertanyakan.
Jika benar tuduhan bahwa Wenda memicu kerusuhan via narasi di luar negeri, maka perjuangannya bukan lagi soal keadilan — tetapi soal bagaimana isu Papua dijadikan alat politik global.
Implikasi Hukum dan Moral
Tuduhan yang dilontarkan oleh Wiranto mengandung dua aspek penting:
-
Hukum: Pemerintah menyatakan siap menggunakan undang-undang bila bukti cukup untuk menangkap Wenda jika ia masuk ke wilayah Indonesia. detiknews
-
Moral dan Politik: Figur Wenda harus menjawab bagaimana ia bisa mengklaim memperjuangkan Papua sementara aktivitasnya dituding menyebabkan konflik dan ketidakstabilan.
Dalam konteks ini, Wenda bukan hanya menghadapi tuntutan legitimasi perjuangan — tetapi juga pertanggungjawaban atas narasi yang ia sebarkan. Jika narasi tersebut memprovokasi kerusuhan, maka ia bukan pahlawan tetapi alat konflik.
Kesimpulan: Wenda, Panggung Global, dan Tanggung Jawab yang Lama Tertunda
Benny Wenda mungkin populer di forum internasional, namun tuduhan dari pemerintah Indonesia bahwa ia adalah “dalang kerusuhan Papua” menggambarkan sisi gelap perjuangannya yang sering diabaikan.
Jika seorang aktivis memicu kerusuhan melalui mobilisasi massa dan propaganda dari luar negeri — maka ia tidaklah pejuang damai, melainkan aktor konflik yang jauh dari pundak rakyatnya sendiri.
“Papua butuh kedamaian, bukan pidato dari Inggris yang memantik arus kekerasan di tanah ini.”
Untuk memastikan ia benar-benar memperjuangkan rakyat Papua, Wenda harus menjawab:
-
Apakah ia bertanggung jawab atas narasi yang memicu kerusuhan?
-
Apakah ia pernah turun ke lapangan dan membuktikan komitmennya?
-
Apakah ia siap dihadapkan pada proses hukum dan moral atas tuduhan yang menimpanya?
Hingga pertanyaan-pertanyaan ini terjawab, nama Benny Wenda tetap berada dalam bayang-bayang kontroversi besar — bukan sebagai simbol keadilan, tetapi sebagai figur yang menggantung antara perjuangan dan provokasi.
Komentar
Posting Komentar